Sabtu, 12 November 2011

Etika dalam Berdoa

 


setiap manusia pasti memiliki masalah. Dari setiap masalah, setiap insan akan meminta kepada sang khaliq agar diberikan yang terbaik dari setiap permasalahan, semua itu dilakukan tak lain dengan cara berdoa. Di dalam berdoa memiliki etika. Etika merupakan sikap yang patut dimiliki manusia dalam kehidupan sehari-hari. Didalam berinteraksi dengan sesama, kita membutuhkan etika. saat menghadiri acara-acara resmi ataupun non resmi perlu ada etikanya. ketika seorang bawahan menghadapi atasan, kita dituntut untuk beretika. Ketika kita berbicara atau berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, kita dituntun memiliki etika dalam berbicara.Dan masih banyak lagi praktek-praktek kehidupan yang etika berperan didalamnya.

Jika dalam berinteraksi antar sesama saja kita membutuhkan etika. Apalagi berinteraksi kepada Sang Khaliq harus memiliki etika. Jika dalam menemui seseorang yang lebih terhormat terkadang kita sibuk untuk memikirkan bagaimana cara beretika yang sepatutnya. Bagaimana ketika kita ingin menemui (menghadap) Dzat yang menciptakan orang terhormat tersebut? Pantaskah kita tidak beretika??

Berdoa merupakan salah satu bentuk interaksi manusia dengan Sang Pencipta atau Sang Khaliq. Sebab dalam berdoa ada suatu permohonan yang diajukan manusia kepada Tuhan-Nya yang sudah pasti akan melihat, mendengar dan mengabulkan apa yang dimohon oleh hamba-Nya.
Allah swt, berfirman yang (QS. Al Baqarah:186)
artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Dalam kaitannya dengan etika dalam berdoa, Imam Ghazali rahimahullah dalam karya monumentalnya Ihya ‘Ulamaddin memaparkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diejawantahkan seseorang ketika berdoa, antara lain:

Berdoa Pada Waktu-Waktu Mulia
Seseorang yang berdoa hendaklah bisa memilih dan memanfaatkan waktu-waktu mulia seperti hari arafah yang mulia, bulan ramadhan yang diberkahi serta hari jum’at yang konon hari suci. Selain itu ketika waktu sahur atau sepertiga malam yang merupakan waktu mulia untuk berdoa.

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda:
“Setiap sepertiga malam yang terakhir Allah swt. turun ke langit dunia dan berkata: Siapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Ku-kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku maka akan Ku-berikan. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Ku-ampuni.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)

Tidak Meninggikan Suara
Ketika Rasulullah saw. mendengar suatu kaum yan meninggikan suara saat berdoa, Beliau lalu menegurnya dengan berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya Dzat yang kalian mohon tidaklah tuli dan ghaib. Tetapi Dia berada diantara kalian.” (HR. Muttafaqun ‘alaih dari Abu Musa al Asy’ari)
Dari pernyataan Rasulullah saw diatas dapat memberikan sinyal bahwa dalam berdoa hendaklah kita tidak meninggikan suara. Sebab Dzat yang kita mohon selalu ada didekat kita, selalu mendengar apa yang kita pinta meskipun dalam bisikan hati sekalipun ataupun dengan isyarat sekalipun.
Didalam al-Qur’an telah disebutkan akan larangan meninggikan suara ketika berdoa. Sebagaimana firman Allah swt yang
artinya: “dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"." (QS. Al Israa : 110)

Setiap orang yang berdoa hendaklah menghayati tiap doa-doanya. Dengan rasa ketundukan dan kerendahan hatinya serta penuh harapan dari setiap doanya, pikiran yang jernih serta hatinya benar-benar hadir ketika berdoa. Allah swt. berfirman yang
artinya : “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.” (QS. Al Anbiya : 90)

Allah swt berfirman dalam (QS. Al A’raf : 55-56) yang
artinya : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Didalam berdoa perlu adanya rasa optimisme dalam berdoa. Rasa yakin yang selalu melekat dihati bahwasana doa yang kita panjatkan akan selalu dikabullkan oleh Sang Khaliq. Hanya Dialah yang tempat kita meminta dan tempat kita mengadu.

Optimisme Dalam Berdoa

Orang yang berdoa harus selalu yakin bahwa doanya akan terkabulkan. Dan janganlah berdoa dengan mengatakan: “Ya Allah ampunilah aku jika Kau menghendaki dan kasihanilah aku jika Kau menghendaki.” Allah swt. ialah Dzat yang selalu mengabulkan  permohonan hambanya, sebagaimana dinyatakan dalam beberapa ayat al Qur’an (baca QS. 02:186). Akan tetapi apa yang kita panjatkan tidak selamanya langsung diberikan atau terkabulkan Oleh-Nya. Bisa jadi ditahan untuk diberikan diakhirat kelak atau bisa juga dijawab dengan penghapusan dosa-dosa sesuai dengan kadar doa kita. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

Tidaklah seorang muslim berdoa kecuali dikabulkannya. Bisa dengan dipercepat pemberiannya di dunia, bisa dijadikan tabungan baginya di akherat dan bisa juga dihapuskan dosa-dosanya setara dengan doanya selama ia tidak berdoa sambil berbuat dosa atau memutuskan silaturahmi atau meminta cepat-cepat dikabulkan.” (HR. At Tirmidzi dari Abu Hurairah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar